Abel (18 bulan) tiba-tiba bersorak, “Yeah!” Tidak jelas mengapa ia bersorak seperti itu. Apakah untuk acara TV yang sedang asyik ditontonnya atau untuk menyambut sang mama yang baru pulang bekerja. “Itu tidak penting. Yang pasti nih, saya ikut-ikutan bersorak. Abel pun terkikik-kikik sampai bahunya terguncang-guncang. Entah mengapa waktu itu ia memamerkan gaya tertawa yang agak…. aneh,” tutur Ria Suryadi, mama satu anak yang tinggal di Perumahan Green Garden, Jakarta Barat.
Tiap harinya, ada saja polah baru Abel. Sekarang tertawa terkikik-kikik, padahal kemarin dia menangis tersedu-sedu dan kelihatan sedih sekali. Dan semua itu dilakukannya untuk menarik perhatian mama tercinta. Suami Ria sampai terkagum-kagum melihat ulah si kecil, bahkan berulang kali bertanya, “Siapa sih, yang ngajari dia tertawa seperti itu?” Atau kadang-kadang terselip nada bangga dari ucapannya, “Jangan-jangan ia punya bakat akting.”
Dulu, Ria cuma mengangkat bahu melihat polah Abel yang suka macam-macam. Tapi setelah curhat dengan beberapa sahabat yang punya anak lebih kecil dari Abel – plus mereka mengalami hal serupa – Ria jadi mengerti kalau sebagian besar tahapan tumbuh kembang tidak muncul begitu saja. Ternyata anak melatih dirinya setiap hari – dan dalam proses berlatih itu mungkin saja beraksi dengan cara yang mengejutkan, membingungkan, atau bahkan mengkhawatirkan.
Butuh bukti? Simak deh, cerita seru sahabat-sahabat saya tentang anak-anaknya. Plus simak juga penjelasan dari pakar perkembangan seputar apa yang terjadi pada bayi-bayi mereka.
1. “Bayi saya tidak pernah merangkak.”
“Tidak seperti kedua kakaknya, Dea (sembilan bulan) tidak melalui tahapan merangkak. Setelah mahir duduk, ia langsung berdiri dan merambat pada benda-benda di sekitarnya untuk mengambil sesuatu. Normal nggak, sih?” tanya Lani Wijaya, mama tiga anak yang tinggal di Petojo, Jakarta Pusat.
Pemecahan misteri: “Merangkak adalah keterampilan yang sifatnya teknis, dan tak ada cara paling benar untuk melakukannya,” kata Alison Gopnik, Ph.D., profesor psikologi di University of California, Berkeley, sekaligus penulis The Scientist in the Crib. “Beberapa bayi merayap di atas perutnya; sedangkan lainnya merangkak mundur. Sebagian lagi malah tidak pernah merangkak – dari duduk langsung berjalan.”
Gopnik menambahkan, “Bayi yang bobotnya lebih berat butuh waktu lebih lama untuk berlatih merangkak ketimbang bayi yang lebih kurus. Ini berarti bentuk tubuh bisa mempengaruhi gaya merangkak si kecil.”
2. “Reaksi si kecil suka berlebihan.”
“Pertama kali diajak ke Ancol, Dino (satu tahun dua bulan) senang sekali. Dengan antusias, ia berjalan di area jogging track yang ada di pinggir pantai. Tapi, begitu kami pindah ke area yang berpasir, ia langsung mogok jalan. Selain kelihatan ngeri, geli, dan jijik; Dino minta digendong dan tak mau sedetikpun bermain di pasir,” cerita Deviana, mama tiga anak dan warga Grogol, Jakarta Barat. “Rencananya sih, saya ingin memperkenalkan suatu pengalaman yang baru. Terbayang betapa gembiranya si kecil bermain di atas pasir yang lembut. Tapi ternyata.…”
Pemecahan misteri: Anak sering bereaksi berlebihan begitu menemukan sesuatu yang kontras. Tapi, itu juga merupakan pertanda baik. “Reaksi tersebut adalah sinyal kalau bayi semakin matang dan mampu membedakan sesuatu yang benar-benar lain,” tutur Stefanie Powers, pakar tumbuh kembang anak di Zero to Three, Washington, D.C. Bisa jadi, bayi Anda untuk pertama kalinya akan memperhatikan hal kontras yang ada di atas lantai, sesuai jarak pandangnya.
3. “Apakah sudah benar-benar bisa berteman?”
“Suatu Minggu, saya ajak Andin (satu tahun lima bulan) ke rumah Ricky, sepupunya yang sebaya, biar bisa main bersama. Tapi yang terjadi, Ricky malah tak mau lepas dari gendongan mamanya. Dan Andin? Ia malah lebih asyik memperhatikan botol jus yang dikocok-kocok mamanya Ricky. Bahkan, ia memandang dengan penuh takjub,” cerita Cynthia Djordy, mama dua anak yang bermukim di perumahan Jaka Sampurna, Bekasi Selatan. Gagal deh, misi Cynthia untuk mengajarkan Andin bersosialisasi.
Pemecahan misteri: “Selama ini, bayi-bayi dianggap tidak pernah memperhatikan anak lain,” kata Powers. Juga, tambahnya, ada daya tarik tersendiri dari gerakan cepat seseorang yang setinggi jarak pandangnya. “Bayi-bayi biasanya tertarik pada anak-anak yang duduk di lantai bersamanya dan suka bermain, serta tidak suka duduk diam di kursi seperti halnya orang dewasa.”
4. “Kok tak ada capeknya?”
“Setelah mahir duduk, Mandy (10 bulan) rajin memamerkan kemampuan berdirinya pada seluruh anggota keluarga. Dari posisi duduk, ia lalu berdiri dan bergoyang-goyang sebentar sambil memandang ke arah kami dengan bangga. Lucunya, hal itu tidak cukup dilakukan sekali saja, melainkan ‘harus’ berkali-kali. Saya tak habis pikir. ‘Apa nggak capek, tuh?’” tutur Lily Setyani, mama tiga anak yang tinggal di Green Vile, Jakarta Barat.
Pemecahan misteri: “Bayi belajar melalui latihan,” ujar Lise Eliot, Ph.D., penulis What’s Going On in There? How the Brain and Mind Develop in the First Five Years of Life. Mengulangi suatu tugas sampai berkali-kali amat besar manfaatnya bagi si kecil: Hal itu bisa memperkuat otot-otot dan membangun ‘jalur’ baru dalam otak, sehingga ia makin piawai saat melakukan berbagai gerakan. Semua itu membuat keterampilan motoriknya kian oke.
5. “Biarpun ngantuk, tetap saja tak mau tidur.”
“Begitu ngantuk menyerang, Ferren (satu tahun tiga bulan) suka ngadat. Ia mulai cari gara-gara dengan merengek, mengamuk atau membanting-banting mainan. Padahal, sebentar-sebentar mulut kecilnya menguap. Sebenarnya saya sudah tahu kalau Ferren sudah mengantuk berat. Tapi, jika saya mengajaknya ke kamar tidur, ia langsung meronta-ronta dan tidak mau dininabobokan. Ia berjuang mati-matian menahan rasa kantuk. Kalau ngantuk, kenapa ia malah sulit diajak tidur?” tanya Indriani Gunadi, mama satu anak yang tinggal di Menteng, Jakarta Pusat.
Pemecahan misteri: “Semakin muda usia bayi, semakin sulit bagi mereka untuk beralih dari satu kondisi yang membangkitkan semangatnya ke kondisi lain,” kata Gopnik. Sementara orang dewasa bisa secara bertahap mengikuti kantuknya, para bayi justru beralih dari suasana terjaga dan gembira ke kondisi super capek dalam sekejap mata. Perubahan mendadak ini membuat mereka butuh bujukan orang dewasa untuk tenang lagi.
6. “Ngomong apa sih?”
Kayla (sebelas bulan) sering mengeluarkan suara aneh yang diikuti ekspresi tertentu. Kadang dia berpura-pura batuk. Di lain waktu ia malah ‘menggeram’, yang disusul dengan menunjuk sebuah obyek sambil bergumam “Pa-pah!” Tadinya, saya kira ia ingin memanggil papanya. Ketika kami menunjuk ke papanya, dia malah cuek saja,” cerita Joanna Gunawan, mama dua anak yang bermukim di Panglima Polim, Jakarta Selatan.
Pemecahan misteri: Suara-suara ini adalah satu bentuk dari permainan vokal, yang merupakan bagian dari proses belajar bicara. “Awalnya bayi akan membuat suara semacam ini tanpa disengaja, namun bila orang tuanya terus mendorong, ia akan mencoba dan mencoba lagi,” kata Powers. Semakin banyak jenis suara yang dilontarkan, semakin baik – karena itu adalah persiapan untuk merangkai vokal dan konsonan menjadi suatu kata.
Bahkan cara Kayla menggerakkan tangan dan mengucapkan “Pa-pah!”adalah tahapan tumbuh kembang. “Awalnya, saat berinteraksi dengan Anda, bayi cukup puas dengan tersenyum dan bergumam. Lalu, sekitar usia sembilan bulan, ia mulai ingin tahu seputar apa yang Anda rasakan tentang sesuatu atau orang lain. Ini merupakan langkah untuk belajar bersosialisasi,” Gopnik bertutur. Begitu anak menunjuk-nunjuk dan mengeluarkan suara, sebenarnya ia memberitahu Anda bahwa ia menyadari adanya sesuatu, dan meminta Anda berbagi pendapat tentang hal itu.
7. “Tangannya suka iseng.”
“Saya sering memakai baju dengan belahan di tengah. Tapi anak saya, Della (10 bulan), selalu berusaha merapatkan belahan tersebut. Padahal, ia sedang asyik menyusu botol di pangkuan saya. Mula-mula saya bisa mengalihkan keisengannya dengan menyingkirkan tangannya. Namun, tak lama kemudian tangannya kembali ‘beraksi’. Bete, deh,” cerita Dewi Handayani, mama dua anak, warga Tebet, Jakarta Selatan.
Pemecahan misteri: Anda tahu persis kalau banyak mama secara alami bisa melakukan seabrek tugas sekaligus? Nah, begitu pula dengan beberapa anak. Bayi yang gelisah mungkin butuh aktivitas lain untuk menghibur dirinya selagi menyusu. Jika anak makin sulit dialihkan perhatiannya, ini sinyal kalau pikirannya berkembang pesat, kata Eliot. Lama kelamaan anak akan menyadari bahwa sesuatu akan terus ada, sekalipun tidak terlihat dengan kedua matanya.
8. “Ia kagum sekali dengan tangannya.”
“Bima (enam bulan) senang sekali bermain-main dengan tangannya. Kadang ia melambai-lambai, kadang menutup dan membuka telapak tangan. Ekspresinya suka agak bingung. Bisa jadi dia berpikir, ‘Kok bisa ya, tangan saya membuat gerakan seperti ini?’” cerita Sekar Ningrum, mama satu anak yang tinggal di Jelambar, Jakarta Barat.
Pemecahan misteri: Tepat sekali, seperti itulah yang dipikirkan Bima! “Dia jadi lebih pandai ’mengendalikan’ gerakan tangannya, namun tidak selalu menyadari bahwa dirinyalah yang membuat tungkai dan lengannya bergerak,” kata Powers. “Makanya dia terus menatap tangannya sambil berpikir, ‘Maksud kamu tangan ini tidak bergerak sendiri?’”
9. “Apa yang lucu sih?”
“Cici (tujuh bulan) bisa tertawa terbahak-bahak melihat saya memakai topi besar. Atau tawanya tiba-tiba meledak saat menyaksikan ayahnya naik kursi untuk membetulkan lampu. Apa lucunya ya?” cerita Tiara Ridwan, mama tiga anak yang tinggal di Tomang, Jakarta Barat.
Pemecahan misteri: “Hal yang tak terduga-duga bisa menjadi lucu,” kata Eliot. Cici tahu siapa yang ada di balik topi besar, sehingga menganggapnya sedang melakukan penyamaran yang menggelikan. Dan soal ayah yang naik kursi, mungkin nih, itu bukan hal yang biasa dilakukan ayah. Jadi amat menyenangkannya.
10. “Begitu kipas angin berputar, matanya tidak berkedip.”
“Pertama kali melihat kipas angin di langit-langit berputar, Raya (satu tahun) langsung memperlihatkan ekspresi ngeri. Walau begitu, matanya terus menatap kipas angin itu,” cerita Anneke S., mama dari dua anak yang tinggal di Batu Tulis, Jakarta Pusat.
Pemecahan misteri: “Bayi selalu terpesona pada sesuatu yang bergerak, dan dari perspektif evolusi hal itu bisa dimengerti,” kata Eliot. “Otak kita dirancang untuk keperluan itu – kita mencari predator alias pemangsa, atau hewan buruan. Tak heran bila si kecil (si pemangsa? hewan buruan?) tidak mau melepaskan pandangan dari kipas angin.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar